Ø Pertumbuhan Penduduk di Indonesia 10 tahun terakhir dilihat dari
Kelahiran, Kematian dan Migrasi
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010,
jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5
juta jiwa sejak tahun 2000. Artinya, setiap tahun selama periode 2000-2010,
jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Jika di alokasikan ke setiap bulan
maka setiap bulannya penduduk Indonesia bertambah sebanyak 270.833 jiwa atau
sebesar 0,27 juta jiwa.
Berdasarkan jumlah tersebut, maka setiap harinya penduduk Indonesia
bertambah sebesar 9.027 jiwa. Dan setiap jam terjadi pertambahan penduduk
sebanyak 377 jiwa. Bahkan setiap detik jumlah pertambahan penduduk masih
tergolong tinggi yaitu sebanyak 1,04 (1-2 jiwa). Pertambahan penduduk di
Indonesia umumnya (bahkan bisa dikatakan 99,9 persen) disebabkan oleh
kelahiran, sisanya berupa migrasi masuk. Dengan demikian dapat di simpulkan
bahwa dalam 1 detik di Indonesia terjadi kelahiran bayi sebanyak 1-2 jiwa.
Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan
dengan laju pertumbuhan yang tinggi pula. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun
1971-2010 serta pertumbuhannya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2 000 dan 2010 (Juta Jiwa)
Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2 000 dan 2010 (Juta Jiwa)
Tahun
|
1971
|
1980
|
1990
|
2000
|
2010
|
Jumlah Penduduk
|
119,2
|
147,5
|
179,4
|
205,1
|
237,6
|
Tabel 2
Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010 (Persen)
Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010 (Persen)
Periode
|
1971-1980
|
1980-1990
|
1990-2000
|
2000-2010
|
Laju Pertumbuhan
|
2,30
|
1,97
|
1,49
|
1,49
|
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 2000-2010 sebesar 1,49 persen
pertahun. Artinya bahwa rata-rata peningkatan jumlah penduduk indonesia per
tahun dari tahun 2000 sampai 2010 adalah sebesar 1,49 persen/pertahun. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap tahunnya antara tahun 2000 sampai 2010 jumlah penduduk
Indonesia bertambah sebesar 1,49 persennya.
Menurut publikasi BPS pada bulan Agustus 2010,
jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus ini adalah sebanyak
237.556.363 orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan.
Dengan jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa tersebut, membuat Indonesia
tetap bercokol sebagai negara berpenduduk terbanyak setelah RRC, India dan
Amerika Serikat.
Distribusi penduduk Indonesia:
Pulau
|
Persentase
|
Pulau Jawa
|
57,49%
|
Pulau Sumatra
|
21,31%
|
Pulau Sulawesi
|
7,31%
|
Pulau Kalimantan
|
5,80%
|
Bali dan Nusa Tenggara
|
5,50%
|
Papua dan Maluku
|
2,60%
|
Jawa Barat, Jawa Timur,
dan Jawa Tengah adalah tiga provinsi dengan urutan
teratas yang berpenduduk terbanyak, yaitu masing-masing berjumlah 43.021.826
orang, 37.476.011 orang, dan 32.380.687 orang.
Sedangkan Provinsi Sumatera
Utara merupakan
wilayah yang terbanyak penduduknya di luar Pulau Jawa,
yaitu sebanyak 12.985.075 orang.
Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Indonesia adalah sebesar 124 orang per km².
Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Indonesia adalah sebesar 124 orang per km².
Provinsi yang
paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Provinsi DKI Jakarta,
yaitu sebesar 14.440 orang per km². Provinsi
yang paling rendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Provinsi Papua Barat,
yaitu sebesar 8 orang per km²
Ø Alasan Banyak Terjadi Urbanisasi di Indonesia
Faktor penyebab adanya urbanisasi adalah karena adanya faktor utama yang
klasik yaitu kemiskinan di daerah pedesaan. Faktor utama ini melahirkan dua
faktor penyebab adanya urbanisasi yaitu:
a. Faktor
Penarik (Pull Factors)
Alasan orang desa
melakukan migrasi atau pindah ke kota didasarkan atas beberapa alasan, yaitu:
1) Lahan pertanian yang
semakin sempit
2) Merasa tidak cocok dengan
budaya tempat asalnya
3) Menganggur karena tidak
banyak lapangan pekerjaan di desa
4) Terbatasnya sarana dan
prasarana di desa, misalnya sarana hiburan yang belum memadai
5) Diusir dari desa asal,
sehingga ke kota menjadi tujuan.
6) Memiliki impian kuat
menjadi orang kaya, karena tingkat upah di kota lebih tinggi
7) Melanjutkan sekolah,
karena di desa fasilitas atau mutunya kurang
8) Pengaruh cerita orang,
bahwa hidup di kota gampang cari pekerjaan, atau mudahnya membuka usaha
kecil-kecilan
9) Kebebasan pribadi lebih
luas
10) Adat atau agama lebih longgar
b. Faktor Pendorong (Push
Factors)
Di sisi lain kota
mempunyai daya tarik, di pihak lain keadaan tingkat hidup di desa umumnya
mempercepat proses urbanisasi tersebut, hal ini menjadi faktor pendorong
timbulnya urbanisasi. Faktor pendorong yang dimaksud diantaranya adalah:
(1) Keadaan desa yang umumnya mempunyai
kehidupan yang statis (tidak mengalami perubahan yang sangat lambat). Hal ini
bisa terjadi karena adat istiadat yang masih kuat atau pun pengaruh agama.
(2) Keadaan kemiskinan desa yang
seakan-akan abadi
(3) Lapangan kerja yang hampir tidak ada
karena sebagian besar hidup penduduknya hanya bergantung dari hasil pertanian
(4) Pendapatan yang rendah yang di desa
(5) Keamanan yang kurang
(6) Fasilitas pendidikan sekolah atau
pun perguruan tinggi yang kurang berkualitas
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa faktor utama penyebab timbulnya urbanisasi yang paling kuat adalah faktor ekonomi (menjadi motif utama para migran), selain itu disusul dengan faktor tingkat pendidikan. Penyebab lain dari terjadinya urbanisasi adalah karena terjadinya “overruralisasi” yaitu tingkat dan cara produksi di pedesaan terdapat terlalu banyak orang.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa faktor utama penyebab timbulnya urbanisasi yang paling kuat adalah faktor ekonomi (menjadi motif utama para migran), selain itu disusul dengan faktor tingkat pendidikan. Penyebab lain dari terjadinya urbanisasi adalah karena terjadinya “overruralisasi” yaitu tingkat dan cara produksi di pedesaan terdapat terlalu banyak orang.
Dampak yang Ditimbulkan Urbanisasi
Akibat dari meningkatnya proses urbanisasi menimbulkan dampak-dampak
terhadap lingkungan kota, baik dari segi tata kota, masyarakat, maupun keadaan
sekitarnya. Dampak urbanisasi terhadap lingkungan kota antara lain:
1. Dampak positif
Pandangan yang positif terhadap urbanisasi, melihat urbanisasi sebagai
usaha pembangunan yang menyeluruh, tidak terbatas dalam pagar administrasi
kota. Selain itu kota dianggap sebagai “agen modernisasi dan perubahan”. Mereka
melihat kota sebagai suatu tempat pemusatan modal, keahlian, daya kreasi dan
segala macam fasilitas yang mutlak diperlukan bagi pembangunan.
Tanggapan lain adalah bahwa kita tidak mungkin membayangkan bagaimana
pertumbuhan dan keadaan Jakarta sekarang ini dan juga pusat-pusat industri di
dunia lainnya bisa tercapai bila seandainya tidak ada urbanisasi
Kelompok tertentu berpendapat bahwa proses urbanisasi hanyalah suatu
fenomena temporer yang tidak menghambat pembangunan. Dan menekankan bahwa kota
merupakan suatu “leading sector” dalam perubahan ekonomi, sosial dan politik.
Urbanisasi merupakan variable independen yang memajukan pembangunan ekonomi.
2. Dampak negative
Di Indonesia, persoalan urbanisasi sudah dimulai dengan digulirkannya
beberapa kebijakan 'gegabah' orde baru. Pertama, adanya kebijakan ekonomi makro
(1967-1980), di mana kota sebagai pusat ekonomi. Kedua, kombinasi antara kebijaksanaan
substitusi impor dan investasi asing di sektor perpabrikan (manufacturing),
yang justru memicu polarisasi pembangunan terpusat pada metropolitan Jakarta.
Ketiga, penyebaran yang cepat dari proses mekanisasi sektor pertanian pada awal
dasawarsa 1980-an, yang menyebabkan kaum muda dan para sarjana, enggan
menggeluti dunia pertanian atau kembali ke daerah asal.
Arus urbansiasi yang tidak terkendali ini dianggap merusak strategi rencana
pembangunan kota dan menghisap fasilitas perkotaan di luar kemampuan
pengendalian pemerintah kota. Beberapa akibat negatif tersebut akan meningkat
pada masalah kriminalitas yang bertambah dan turunnya tingkat kesejahteraan.
Dampak negatif lainnnya yang muncul adalah terjadinya “overurbanisasi”
yaitu dimana prosentase penduduk kota yang sangat besar yang tidak sesuai
dengan perkembangan ekonomi negara. Selain itu juga dapat terjadi
“underruralisasi” yaitu jumlah penduduk di pedesaan terlalu kecil bagi tingkat
dan cara produksi yang ada.
Pada saat kota mendominasi fungsi sosial, ekonomi, pendidikan dan hirarki
urban. Hal ini menimbulkan terjadinya pengangguran dan underemployment. Kota
dipandang sebagai inefisien dan artificial proses “pseudo-urbanisastion”.
Sehingga urbanisasi merupakan variable dependen terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dampak negatif lainnya yang ditimbulkan oleh tingginya arus urbanisasi di
Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Semakin
minimnya lahan kosong di daerah perkotaan. Pertambahan penduduk kota yang
begitu pesat, sudah sulit diikuti kemampuan daya dukung kotanya. Saat ini,
lahan kosong di daerah perkotaan sangat jarang ditemui. ruang untuk tempat
tinggal, ruang untuk kelancaran lalu lintas kendaraan, dan tempat parkir sudah
sangat minim. Bahkan, lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) pun sudah tidak ada
lagi. Lahan kosong yang terdapat di daerah perkotaan telah banyak dimanfaatkan
oleh para urban sebagai lahan pemukiman, perdagangan, dan perindustrian yang
legal maupun ilegal. Bangunan-bangunan yang didirikan untuk perdagangan maupun
perindustrian umumnya dimiliki oleh warga pendatang. Selain itu, para urban
yang tidak memiliki tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong sebagai
pemukiman liar mereka. hal ini menyebabkan semakin minimnya lahan kosong di
daerah perkotaan.
b. Menambah
polusi di daerah perkotaan. Masyarakat yang melakukan urbanisasi baik dengan
tujuan mencari pekerjaan maupun untuk memperoleh pendidikan, umumnya memiliki
kendaraan. Pertambahan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang
membanjiri kota yang terus menerus, menimbulkan berbagai polusi atau pemcemaran
seperti polusi udara dan kebisingan atau polusi suara bagi telinga manusia.
Ekologi di daerah kota tidak lagi terdapat keseimbangan yang dapat menjaga
keharmonisan lingkungan perkotaan.
c. Penyebab
bencana alam. Para urban yang tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal
biasanya menggunakan lahan kosong di pusat kota maupun di daerah pinggiran
Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk mendirikan bangunan liar baik untuk pemukiman
maupun lahan berdagang mereka. Hal ini tentunya akan membuat lingkungan
tersebut yang seharusnya bermanfaat untuk menyerap air hujan justru menjadi
penyebab terjadinya banjir. Daerah Aliran Sungai sudah tidak bisa menampung air
hujan lagi.
d. Pencemaran
yang bersifat sosial dan ekonomi. Kepergian penduduk desa ke kota untuk mengadu
nasib tidaklah menjadi masalah apabila masyarakat mempunyai keterampilan
tertentu yang dibutuhkan di kota. Namun, kenyataanya banyak diantara mereka
yang datang ke kota tanpa memiliki keterampilan kecuali bertani. Oleh karena
itu, sulit bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa
bekerja sebagai buruh harian, penjaga malam, pembantu rumah tangga, tukang
becak, masalah pedagang kaki lima dan pekerjaan lain yang sejenis. Hal ini
akhitnya akan meningkatkan jumlah pengangguran di kota yang menimbulkan
kemiskinan dan pada akhirnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, orang –
orang akan nekat melakukan tindak kejahatan seperti mencuri, merampok bahkan
membunuh. Ada juga masyarakat yang gagal memperoleh pekerjaan sejenis itu
menjadi tunakarya, tunawisma, dan tunasusila.
e. Penyebab
kemacetan lalu lintas. Padatnya penduduk di kota menyebabkan kemacetan
dimana-mana, ditambah lagi arus urbanisasi yang makin bertambah. Para urban
yang tidak memiliki tempat tinggal maupun pekerjaan banyak mendirikan pemukiman
liar di sekitar jalan, sehingga kota yang awalnya sudah macet bertambah macet.
Selain itu tidak sedikit para urban memiliki kendaraan sehingga menambah volum
kendaraan di setiap ruas jalan di kota.
f. Merusak
tata kota. Pada negara berkembang, kota-kotanya tdiak siap dalam menyediakan
perumahan yang layak bagi seluruh populasinya. Apalagi para migran tersebut
kebanyakan adalah kaum miskin yang tidak mampu untuk membangun atau membeli
perumahan yang layak bagi mereka sendiri. Akibatnya timbul perkampungan kumuh
dan liar di tanah-tanah pemerintah.
Tata kota suatu daerah tujuan urban bisa mengalami perubahan dengan banyaknya urbanisasi. Urban yang mendirikan pemukiman liar di pusat kota serta gelandangan-gelandangan di jalan-jalan bisa merusak sarana dan prasarana yang telah ada, misalnya trotoar yang seharusnya digunakan oleh pedestrian justru digunakan sebagai tempat tinggal oleh para urban. Hal ini menyebabkan trotoar tersebut menjadi kotor dan rusak sehingga tidak berfungsi lagi.
Tata kota suatu daerah tujuan urban bisa mengalami perubahan dengan banyaknya urbanisasi. Urban yang mendirikan pemukiman liar di pusat kota serta gelandangan-gelandangan di jalan-jalan bisa merusak sarana dan prasarana yang telah ada, misalnya trotoar yang seharusnya digunakan oleh pedestrian justru digunakan sebagai tempat tinggal oleh para urban. Hal ini menyebabkan trotoar tersebut menjadi kotor dan rusak sehingga tidak berfungsi lagi.
Penanganan Masalah Urbanisasi
Masalah urbanisasi ini dapat ditangani dengan memperlambat laju pertumbuhan
populasi kota yaitu diantaranya dengan membangun desa , adapun program-program
yang dikembangkan diantaranya:
1. intensifikasi
pertanian
2. Mengurangi/
membatasi tingkat pertambahan penduduk lewat pembatasan kelahiran, yaitu
program Keluarga Berencana
3. Memperluas dan
mengembangkan lapangan kerja dan tingkat pendapatan di pedesaan
4. Program pelaksanaan
transmigrasi
5. Penyebaran
pembangunan fungsional di seluruh wilayah
6. Pengembangan
teknologi menengah bagi masyarakat desa
7. Pemberdayaan
potensi utama desa
8. Perlu dukungan
politik dari pemerintah, diantaranya adanya kebijakan seperti reformasi tanah
Berdasarkan kebijakan
tersebut, maka yang yang berperan adalah pemerintah setempat dalam
penerapannya. Pemerintah daerah perlu berbenah diri dan perlu mengoptimalkan
seluruh potensi ekonomi yang ada di daerah, sehingga terjadi kegiatan ekonomi
dan bisnis yang benarbenar berorientasi pada kepentingan warganya. Tapi bukan
berarti pemerintah daerah saja yang berperan, di tingkat pusat, pemerintah juga
perlu membuat kebijakan lebih adil dan tegas terkait pemerataan distribusi
sumber daya ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar