Membuat Kalimat Efektif
( Yang Digunakan Pada Karya Ilmiah)
1.
Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif
adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat
diterima maksudnya atau arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis
atau pembicara. Kalimat efektif juga merupakan kalimat yang padat, singkat,
jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat.
·
Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
·
Singkat : berarti hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
·
Tepat : berarti sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Kalimat dikatakan
efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun
pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Penggunaan
kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah diukur dari dua sisi, yaitu dari sisi
penulis dan pembaca.
Dari sisi penulis, kalimat dikatakan efektif
jika kalimat yang digunakan dapat mengakomodasi gagasan kelimuan penulis secara
tepat dan akurat. Sedangkan dari sisi pembaca, pesan kalimat ditafsirkan sama
persis dengan yang dimaksudkan penulisnya. Oleh sebab itu , jika pembaca masih
mengalami kebingungan dan kesulitan yang mengakibatkan salah menafsirkan pesan
kalimat maka kalimat tersebut belum dapat dikategorikan efektif (Heri dan Anang,
2007).
2.
Syarat Kalimat Efektif
A.
Kesatuan Gagasan
Kesatuan gagasan
adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Kesatuan gagasan
memiliki subyek, predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung
serta membentuk kesatuan tunggal.
Contoh:
Berdasarkan agenda sekretaris
manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai baru.
B.
Keparalelan
Atau Kesejajaran
Keparalelan atau
kesejajaran bentuk adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama
pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat. Memiliki
kesamaan bentukan/imbuhan.
Contoh: Kakak menolong anak itu
dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut
tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan
predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat
pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah menjadi :
-
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke
pinggir jalan
-
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke
pinggir jalan.
C.
Kehematan
Kehematan adalah
upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu, sehingga kata dalam sebuah
kalimat menjadi lebih padat dan berisi. Penggunaan kata yang berlebih hanya
akan mengaburkan maksud kalimat.
Menghemat kata dapat dilakukan
dengan cara:
- Menghilangkan pengulangan
subyek.
Contoh : Karena ia tak diundang,
dia tidak datang ke pesta itu.
Mestinya menggilangkan kata ia.
- Menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata.
Contoh: Mira adalah gadis yang
memakai baju warna merah.
Mestinya menggilangkan kata warna.
- Menghindarkan kesinoniman
dalam satu kalimat.
Contoh: Jangan naik ke atas
karena licin.
Mestinya menghilangkan kata ke
atas.
- Kehematan dengan tidak
menjamakkan kata yang sudah jamak.
Contoh : Ia mengambil semua
jeruk-jeruk yang masih ada di meja.
D.
Penekanan
Penekanan
merupakan perlakuan khusus pada kata tertentu dalam kalimat sehingga
berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Kalimat yang
dipentingkan harus diberi penekanan.
Ada beberapa cara penekanan dalam
kalimat:
- Mengubah posisi dalam
kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal
ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami
berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
- Menggunakan partikel;
penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus
bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan
itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
- Menggunakan repetisi, yakni
dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina
hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak,
antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling
memahami antara satu dan lainnya.
- Menggunakan pertentangan, yakni
menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian
kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi
rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan
yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
E.
Kevariasian
Untuk menghindari
kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada
kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang
pendek dan panjang.
a). Cara memulai
Subyek pada awal kalimat.
Dengan adanya subyek pada awal
kalimat, maka kalimat-kalimat akan berubah nadanya.
-
Untuk menyatakan kepastian digunakan kata:
pasti, pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali, dan sebagainya.
-
Untuk menyatakan ketidakpastian digunakan :
mungkin, barangkali, kira-kira, rasanya, tampaknya, dan sebagainya.
-
Untuk
menyatakan kesungguhan digunakan: sebenarnya, sesungguhnya, sebetulnya, benar,
dan sebagainya.
b). Panjang-pendek kalimat.
Tidak selalu
kalimat pendek mencerminkan kalimat yang baik atau efektif, kalimat panjang
tidak selalu rumit. Akan sangat tidak menyenangkan bila membaca karangan yang
terdiri dari kalimat yang seluruhnya pendek-pendek atau panjang-panjang. Dengan
menggabung beberapa kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk setara terasa hubungan
antara kalimat menjadi lebih jelas, lebih mudah dipahami sehingga keseluruhan
paragraf merupakan kesatuan yang utuh.
c). Jenis kalimat.
Biasanya dalam
menulis, orang cenderung menyatakannya dalam wujud kalimat berita. Hal ini
wajar karena dalam kalimat berita berfungsi untuk memberi tahu tentang sesuatu.
Dengan demikian, semua yang bersifat memberi informasi dinyatakan dengan
kalimat berita. Tapi, hal ini tidak berarti bahwa dalam rangka memberi
informasi, kalimat tanya atau kalimat perintah tidak dipergunakan, justru
variasi dari ketiganya akan memberikan penyegaran dalam karangan.
d). Kalimat aktif dan pasif.
Selain pola
inversi, panjang-pendek kalimat, kalimat majemuk dan setara, maka pada kalimat
aktif dan pasif dapat membuat tulisan menjadi bervariasi.
e). Kalimat langsung dan tidak
langsung.
Biasanya yang
dinyatakan dalam kalimat langsung ini adalah ucapan-ucapan yang bersifat
ekspresif. Tujuannya tentu saja untuk menghidupkan paragraf. Kalimat langsung
dapat diambil dari hasil wawancara, ceramah, pidato, atau mengutip pendapat
seseorang dari buku.
F.
Kelogisan
Kelogisan
maksudnya bahwa suatu kalimat harus mudah dipahami dan penulisannya harus
sesuai dengan ejaan yang berlaku. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam
kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh : Waktu dan tempat saya
persilakan.
Kalimat diatas
tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang
tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan
untuk naik ke podium.
3.
Ciri – Ciri Kalimat Efektif
A.
Gramatikal
Kegramatikalan
sebuah kalimat dapat dilihat dari segi struktur sintaksis, bentuk kata, dan
ketepatan diksi. Kalimat dikatakan gramatikal dari segi sintaksis apabila
urutan kata-kata yang membentuk kalimat itu tepat dan lazim digunakan oleh
masyarakat penuturnya.
Contoh:
Surat itu saya telah tanda tangani.
Seharusnya:
Surat itu telah saya tanda tangani
Kalimat dikatakan
gramatikal dari segi bentuk kata apabila bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu sesuai dengan kaidah pembentukan kata. Kesalahan pembentukan kata
yang digunakan dalam kalimat biasanya berupa ketidaklengkapan pembentukan dan
ketidakcermatan pembentukan kata.
Contoh:
Mike Tyson pukul KO lawannya.
Seharusnya:
Mike Tyson memukul KO lawannya.
Kalimat dikatakan
gramatikal dari segi ketepatan diksi apabila dalam kalimat itu tidak terdapat
pemakaian kata yang tidak lazim. Kata-kata digunakan dengan makna yang tepat
serta sesuai dengan perilakunya, khususnya kata-kata yang mempunyai (makna)
kolokasi dan sinonim.
Contoh:
Lampu di ruang tamu itu telah
tewas.
Seharusnya:
Lampu di ruang tamu itu telah mati.
B.
Logis
Suatu kalimat
dikatakan logis apabila informasi (proporsi) kalimat tersebut dapat diterima
oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya,
bukan strukturnya. Kelogisan kalimat tampak pada gagasan dan pendukungnya yang
dipaparkan dala kalimat.
Contoh:
Kuda memanjat pohon
Seharusnya:
Tidak masuk akal kuda dapat
memanjat pohon (kalimat tidak logis).
Kelogisan kalimat didukung oleh
ketepatan diksi dan bentukan kata yang digunakan. Diksi yang tepat akan dapat
membantu memperjelas informasi yang dikandungnya.
Contoh:
– Pencopet itu telah berhasil
ditangkap oleh polisi.
Seharusnya:
– Pencopet itu telah ditangkap oleh
polisi.
Kelogisan kalimat juga ditentukan
oleh pembentukan kata.
Contoh:
– Rina menangkapkan kupu-kupu
adiknya.
Seharusnya:
– Rina menangkapkan adiknya
kupu-kupu. / Rina menangkap kupu-kupu untuk adiknya.
Kalimat menjadi tidak logis dapat
juga disebabkan oleh pengguna logika bahasa yang salah.
C.
Efisien
Kalimat efisien
atau hemat adalah kalimat yang padat isi bukan padat kata. Artinya, kalimat itu
hanya menggunakan kata sesedikit mungkin, tetapi dapat menyampaikan informasi
secara tepat dan jelas. Pengungkapan informasi dengan menggunakan banyak kata
merupakan pemborosan. Penggunaan kata yang berlebihan menjadikan kalimat
menjadi berbelit-belit dan sulit dipahami.
Contoh:
Sesuai dengan
pengamatan kami yang selam kuranng lebih dua bulan melaksanakan program Kuliah
Kerja Nyata yang kami programkan di desa Pronojiwo di mana salah satu kegiatan
itu adalah di dalamnya terdapat sektor Keluarga Berencana, di mana pelaksanaan
KKN itu dilaksanakan bulan Juni, Juli 2009, bahwa pelaksanaan Keluarga
Berencana desa Pronojiwo belum berhasil.
Seharusnya:
Sesuai dengan
pengamatan kami saat melaksanakan program KKN di desa Pronojiwo pada bulan
Juni-Juli 2009, ternyata pelaksanaan KB di desa tersebut belum berhasil.
Kalimat efisien ditandai dengan
tiadanya unsur kalimat yang tidak ada manfaatnya (atau tidak ada unsur
mubazir).
Contoh:
Pasukan Mujahidin saling
tembak-menembak dengan pasukan pemerintah Kabul dukungan Soviet di perbatasan
kota.
Amuba itu hewan yang amat sangat
kecil sekali.
Seharusnya:
Pasukan Mujahidin tembak-menembak
dengan pasukan pemerintah Kabul dukungan Soviet di perbatasan kota.
D.
Jelas
Tujuan menyusun
kalimat adalah untuk menyampaikan informasi (proposisi) kepada orang lain.
Tujuan itu dapat tercapai bila proposisi kalimat itu dapat dipahami dengan
mudah oleh para pembaca. Kalimat yang proposisinya dapat mudah dipahami itulah
yang dinamakan kalimat jelas.
Sebaliknya,
kalimat yang mempunyai kemungkinan banyak tafsir dinamakan kalimat ambigius
(Heri Suwignyo dkk, 2001). Kalimat yang ambigius dalam karya tulis ilmiah perlu
dihindari sebab dapat menimbulkan salah pengertian.
Contoh:
–
Gadis itu tidak cantik, pandai, dan ramah.
Kemungkinan arti:
-
Gadis itu
pandai, ramah, dan tidak cantik. / Gadis itu tidak cantik, tidak pandai, dan
tidak ramah.
Kalimat yang panjang juga dapat
menimbulkan kesulitan dalam memahami proposisi kalimat.
Contoh:
-
Kewajiban
belajar, sistem ujian standar nasional yang uniform menghasilkan suatu kekayaan
sumber daya penduduk yang terlatih baik, memilki inti kebudayaan
berkebangkitan, penduduk yang bergairah belajar, dapat dididik,berdisiplin,
peka urusan kemasyarkatan dan kemanusiaan, dan terdidik bekerja keras.
Seharusnya kalimat tersebut harus
dipecah menjadi kalimat yang lebih sederhana seperti berikut:
-
Sistem
wajib belajar dan sistem ujian dengan standar nasional yang seragam dapat
menghasilkan kekayaan sumber daya manusia (penduduk). Dengan sistem itu juga
dapat dihasilakn manusia-manusia yang terlatih dan memilki inti kebudayaan.
Selain itu, juga dapat diperoleh manusia yang bergairah belajar, dapat dididik,
berdisiplin, peka terhadap urusan kemasyarakatan dan kemanusiaan serta manusia
yang terlatih bekerja keras.
4.
Kesalahan Penggunaan Kalimat Efektif
Pada Kehidupan Sehari-Hari
A.
Pleonastis
Pleonastis atau
pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya
tidak perlu.
Contoh :
Salah : Banyak
tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
Benar : Banyak tombol yang
dapat Anda gunakan.
B.
Kontaminasi
Salah : Fitur terbarunya Adobe
Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Benar : Fitur terbaru Adobe
Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
C.
Salah pemilihan kata
Salah : Saya mengetahui kalau ia
kecewa.
Benar : Saya mengetahui bahwa ia
kecewa.
D.
Salah nalar
Salah : Bola gagal masuk
gawang.
Benar : Bola tidak masuk
gawang.
E.
Pengaruh bahasa asing atau daerah
(interferensi)
Bahasa asing
Contoh :
Saya tinggal di Semarang di mana
ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi mendapatkan
pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:
I live in Semarang where my mother
works.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya
kalimat tersebut menjadi:
Saya tinggal di Semarang tempat ibu
saya bekerja.
Bahasa daerah
Contoh :
Anak-anak sudah pada datang.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya
kalimat tersebut menjadi:
Anak-anak sudah datang.
F.
Kata depan yang tidak perlu
Salah : Di program
ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
Benar : Program ini
menyediakan berbagai fitur terbaru.
Ada beberapa hal yang mengakibatkan
suatu tuturan menjadi kurang efektif, antara lain:
1. Kurang padunya kesatuan
gagasan.
2. Kurang ekonomis pemakaian
kata.
3. Kurang logis susunan
gagasannya.
4. Pemakaian kata-kata yang
kurang sesuai ragam bahasanya.
5. Konstruksi yang bermakna
ganda.
6. Penyusunan kalimat yang
kurang cermat.
7. Bentuk kata dalam perincian
yang tidak sejajar.
Daftar Pustaka
Darma,Idi. 2014. “Kalimat Efektif DalamKarya Tulis Ilmiah”. http://ueu6915.weblog.esaunggul.ac.id/2014/06/09/kalimat-efektif-dalam-karya-tulis-ilmiah/
(diakses 2 November 2015)
Khunaifi,Aan.2014. “Kalimat Efektif”. http://imstuff-it.blogspot.co.id/2014/10/kalimat-efektif.html
(diakses 2 November 2015)
Mahessa, Angga. 2010. “Kalimat Efektif”. http://mahessaangga.blogspot.co.id/2010/11/kalimat-efektif.html
(diakses 2 November 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar